Laman

Minggu, 22 November 2015

HARTA WARISAN YANG HILANG


Siang itu setelah pulang sekolah awan hitam semakin menutupi kota. Burung-burung pun beterbangan menjauhi awan hitam menuju arah angin, yang semakin lama semakin keras. Orang-orang semakin cepat ke tempat tujuan agar tidak kehujanan. Kota pun semakin ramai dan awan mulai bergemuruh, titik hujan mulai membasahi bumi. Orang-orang langsung mencari tempat berteduh, termasuk kami, tiga bersaudara yang hendak pulang dari sekolah.

Kami bertiga yang berjalan kaki ke sekolah karena sekolah tak begitu jauh dari rumah kami itu menghampiri depan sebuah kedai yang tutup untuk berteduh sementara. Karena semakin derasnya hujan dan membias ke tempat berteduh kami, tak sengaja Fadilah, saudara bungsuku bersandar pada pintu kedai yang ternyata tidak terkunci dan separuh badannya terjatuh ke dalam kedai bersamaan terbukanya pintu itu.

“Siapa itu?!”, terdengar dari dalam suara laki-laki tua.
Kamila, adik perempuanku membantu Fadilah untuk berdiri.

“Permisi Pak, boleh kami menumpang berteduh?”, kataku di depan kedai yang dari luar kedai itu terlihat sangat gelap. Tiba-tiba lampu di dalam kedai menyala dan di dalam sana ada seorang laki-laki yang berambut dan berjanggut putih dengan pakaian putih polos dan kulit agak kecoklatan.

“Oo, silakan masuk..”, melihat seragam yang kami kenakan bapak-bapak itu mempersilakan kami masuk ke dalam kedainya yang sudah tutup dan sempit itu.
Kami pun masuk dan duduk di kursi yang...
 
(PATAH)

0 Komentar:

Posting Komentar