Siang itu setelah
pulang sekolah awan hitam semakin menutupi kota. Burung-burung pun beterbangan
menjauhi awan hitam menuju arah angin, yang semakin lama semakin keras.
Orang-orang semakin cepat ke tempat tujuan agar tidak kehujanan. Kota pun
semakin ramai dan awan mulai bergemuruh, titik hujan mulai membasahi bumi.
Orang-orang langsung mencari tempat berteduh, termasuk kami, tiga bersaudara
yang hendak pulang dari sekolah.
Kami bertiga yang berjalan kaki ke sekolah karena sekolah tak begitu jauh dari rumah kami itu menghampiri depan sebuah kedai yang tutup untuk berteduh sementara. Karena semakin derasnya hujan dan membias ke tempat berteduh kami, tak sengaja Fadilah, saudara bungsuku bersandar pada pintu kedai yang ternyata tidak terkunci dan separuh badannya terjatuh ke dalam kedai bersamaan terbukanya pintu itu.
“Siapa itu?!”, terdengar dari dalam
suara laki-laki tua.
Kamila, adik perempuanku membantu
Fadilah untuk berdiri.
“Permisi Pak, boleh kami menumpang
berteduh?”, kataku di depan kedai yang dari luar kedai itu terlihat sangat
gelap. Tiba-tiba lampu di dalam kedai menyala dan di dalam sana ada seorang
laki-laki yang berambut dan berjanggut putih dengan pakaian putih polos dan
kulit agak kecoklatan.
“Oo, silakan masuk..”, melihat
seragam yang kami kenakan bapak-bapak itu mempersilakan kami masuk ke dalam
kedainya yang sudah tutup dan sempit itu.
Kami pun masuk dan duduk di kursi yang...
(PATAH)
0 Komentar:
Posting Komentar